Kemauan Untuk Berbuat Lebih
Subj. Berani Berbuat Lebih Untuk Memperoleh Hasil Yang Lebih
From the desk of Amhar Maulana Arifin,
Sebelum menulis artikel ini, saya teringat nasihat salah
seorang guru senior saya:
"if you want to be the winner in your life, you must hold
a concept: willingness to do more. If you do more in your life, then you will
lead your success."
“Jika kamu ingin menang dalam hidup, maka kamu harus
memegang teguh sebuah konsep: kemauan untuk berbuat lebih. Jika kamu berbuat
lebih, maka kamu akan memimpin kesuksesanmu.”
Di era persaingan ini. Setiap individu yang ingin berhasil
dalam hidup harus mengerahkan banyak pengorbanan. Semakin banyak pengorbanan
yang ia kerahkan, maka semakin besar keberhasilan yang akan ia peroleh. Seorang
pengusaha yang berhasil dalam kompetisi adalah mereka yang berbuat lebih dibandingkan
pesaingnya. Untuk meraih keuntungan maksimal, halal, dan thayyib maka
pengusaha tersebut harus mengerahkan upaya yang lebih besar dibandingkan
pesaingnya. Seorang pekerja di kantor akan memperoleh apresiasi positif dari
atasannya jika ia mau berbuat lebih baik dari apa yang diharapkan dan ditugaskan,
bahkan ia bisa naik jabatan karena kinerjanya yang bagus. Oleh karena itu, kemauan
untuk berbuat lebih adalah kunci dari kesuksesan.
Untuk menerapkan ‘kemauan untuk berbuat lebih’ dalam diri. Maka
kita butuh idealisme yang kuat. Idealisme adalah suatu keyakinan menganggap
pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yang dapat dipahami.
Mereka yang berusaha hidup berdasarkan cita-cita dan patokan yang dianggap
sempurna.
Lawan dari idealis adalah pragmatis. Pragmatis adalah mereka
yang cenderung terbuka, tidak punya pendirian dan mudah terombang ambing. Lalu
apakah orang yang pragmatis selamanya buruk? Jawabannya: tidak. orang pragmatis
akan memiliki hubungan sosial yang baik. Tapi dalam karir, kita lebih
membutuhkan idealisme. Inilah penyebab orang-orang yang sukses dalam karir
adalah mereka yang memiliki idealisme yang tinggi. Jadi idealisme dan
pragmatisme sama-sama baik jika diterapkan pada waktunya. Dalam konteks “berbuat
lebih” ini, sebaiknya setiap individu harus menerapkan idealisme yang kuat,
karena kemauan untuk berbuat lebih ini bisa diterapkan dalam karir dan program
pencapaian cita-cita apapun bentuknya. Menetapkan cita-cita dan fokus untuk
meraihnya. Berani berbuat lebih dari yang ditugaskan, melaksanakan segala hal berdasarkan
idealismenya. Dengan berbuat lebih maka pintu kesuksesan semakin terbuka lebar.
Lalu bagaimana jika sudah berbuat lebih tapi tidak ada hasil
yang dicapai (sia-sia)? Contohnya, seorang pekerja sudah melakukan yang terbaik
dalam pekerjaan tapi tidak ada kenaikan gaji. Atau mahasiswa sudah mengerjakan makalah
yang bahkan mirip skripsi tapi tidak ada tanggapan baik baik ataupun buruk dari
dosen. Apakah melakukan lebih dari yang yang ditentukan hanya menghabiskan
tenaga dan waktu saja?
Jika pikiran untuk menyerah tersebut masih ada, maka perlu
dipertanyakan kadar idealismenya. Atau jenis impiannya, berbuat lebih hanya untuk
kenaikan gaji atau bertambahnya skill dan pengalaman? untuk memperoleh pujian
dosen atau untuk ilmu yang tinggi? Sesungguhnya orang yang memiliki idealisme tinggi
tidak akan peduli apresiasi orang lain, mereka tidak akan peduli dengan hasil
yang sementara, mereka tidak akan menyerah dengan impiannya. Satu hal yang ada
dalam fikirannya adalah: impian yang akan terealisasikan.
Allah swt tidak menilai seseorang dari hasilnya, tapi melihat
dari prosesnya. Untuk apa hasil yang baik jika diperoleh dengan jalan curang? Maka
yang terpenting adalah prosesnya. Jika dalam proses anda selalu berbuat lebih, maka
bersiaplah untuk memperoleh pahala yang melimpah. Karena setiap kegiatan yang
dilakukan dalam hidup, jika dilakukan karena Allah akan menjadi ibadah. Karena kegiatan
kita tersebut itu ibadah, maka akan menjadi sumber pahala. Bahkan kita minum pun
ibadah jika diniatkan karena Allah. Apalagi mencari rezeki dan mencari ilmu.
Respectfully,
Amhar
Respectfully,
Amhar