Memaksimalkan Hidup Dengan Kesederhanaan
From the desk of Amhar Maulana Arifin
Subject: Kebahagiaan adalah Kesederhanaan
Saat ini banyak individu yang
memilih gaya hidup yang extravaganza. Hasrat untuk memiliki dan menikmati
barang atau jasa sangatlah tinggi sehingga sulit dibedakan antara kebutuhan dan
keinginan. Bahkan banyak yang terjebak dalam gaya hidup defisit. Pengeluaran lebih
banyak dari pemasukan. Kekurangan sehari-hari ditutupi oleh hutang, dan hutang
dibayar oleh hutang. Konsumsi yang berlebihan ini bagaikan bom waktu yang pasti
akan meledak jika tidak segera dijinakkan.
Hidup yang sederhana adalah seni bagaiman
untuk mengatur kepemilikan suatu barang dan jasa berdasarkan nilai guna nya
yang bisa dikonsumsi. Hidup sederhana bukan berarti pelit dan anti terhadap
kekayaan, tapi merupakan kesesuaian antara pengeluaran dan kebutuhan. Terlalu
banyak harta yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa yang tidak
bermanfaat akan menyulitkan, juga terlalu sedikit harta akan menyengsarakan. Semakin
banyak benda yang dimiliki oleh seorang individu, maka semakin banyak waktu dan
tenaga yang terkuras. Apalagi jika benda-benda tersebut memiliki nilai guna rendah
bagi pemiliknya. Contohnya membeli rumah yang besar dan mewah yang tidak sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan di satu sisi akan menyediakan banyak ruang, kenyamanan,
dan meningkatkan status sosial, tetapi dibalik itu semua ada hal-hal yang akan
mengurangi tingkat kebahagiaan. Rumah luas yang tidak bermanfaat butuh biaya
perawatan yang mahal, boros energi, belum lagi jika rumah dibeli secara kredit.
Alih-alih bukannya kenyamanan yang akan diperoleh, tapi hidup yang penuh dengan
tuntutan dan penderitaan. Sebaliknya, jika seseorang membangun rumah yang lebih
rendah dari kemampuan dan kebutuhannya, ia pun tidak akan memperoleh hidup yang
maksimal, ia tidak bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik, padahal ia memiliki
kemampuan untuk memenuhinya.
Hidup yang sederhana adalah bentuk
moderasi dalam menjalani hidup. Allah pun telah menganjurkan kita untuk
menjalani hidup yang moderat, yaitu kehidupan yang menyeimbangkan antara
kebutuhan dan kemampuan. Jika kemampuan diatas kebutuhan, maka kelebihan kemampuan
harus disalurkan bagi mereka yang membuthkan, tapi jika kebutuhan diatas
kemampuan maka seseorang harus bekerja lebih keras lagi untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya tersebut. Sebaik-baiknya individu adalah mereka yang memiliki
jarak antara kemampuan dan kebutuhan yang panjang, ia memiliki surplus
kemampuan yang bisa ia alokasikan untuk membangun kesejahteraan yang lebih
luas, yaitu kesejahteraan seluruh umat manusia.
Menyederhanakan hidup adalah merubah
kehidupan yang kompleks menjadi simpel. Manakah yang lebih baik, sesuatu yang
berkualitas tapi kompleks atau sesuatu yang simpel tapi berkualitas? Individu
yang rasional akan memilih hidup yang simpel tapi berkualitas. Para ekonom menyederhanakan
realita perekonomian melalui kurva dua dimensi, ahli matematika mencari bentuk
paling sederhana dari persamaan, kartograf mengilustrasikan bumi yang lebih simpel
dalam bentuk peta. Semua hal tersebut memiliki karakteristik yang sama, membuat
sesuatu yang kompleks menjadi sederhana. Jika realita bisa disederhanakan,
begitu juga dengan hidup kita.
Membangun hidup yang sederhana
juga bukan berarti membuatnya terlalu simpel sehingga tidak bisa memenuhi
tuntutan dan kebutuhan. Saya ibaratkan lagi dengan ekonom, mereka yang membuat
model terlalu simpel karena dibatasi banyak asumsi akan menuai banyak kritik karena
ada jurang yang memisahkan model dengan realita, kartograf juga yang membuat
peta yang terlalu simpel sehingga tidak memenuhi kebutuhan akan menuai banyak
kritik karena hasil kerjanya tidak memuaskan. Begitu juga jika kita berlebihan
dalam menyederhanakan hidup. Hasilnya bukanlah hidup yang sederhana, tapi hidup
yang jauh dibawah standar sederhana.
Membangun kehidupan yang
sederhana bukan sekedar aspek penggunaan barang atau jasa, bahkan semua bentuk aktivitas kehidupan pun perlu disederhanakan. contohnya, kita sering tergesa-gesa untuk menyelesaikan tugas,
berusaha menyelesaikannya secepat mungkin, bersikeras menyelesaikannya sebanyak
mungkin, kita juga kadang ngebut di jalan agar cepat sampai, bergegas untuk datang
ke sekolah, kampus, atau kantor, lalu kemudian berusaha secepat mungkin pulang
agar segera sampai rumah. Sayangnya, hal ini sering kali membuat kita tidak
memperoleh apa yang kita inginkan. Tanpa disadari kegilaan ini menjadi tuntutan
untuk membuat hidup yang kompleks, seakan semakin kompleks kehidupan yang kita
jalani, maka semakin keren dan hebatlah kita. Akhirnya kita sering kelelahan
dan stres karena sibuknya dan kacaunya hari. oleh karena itu, setiap aktivitas tersebut perlu disederhanakan lagi demi menuai kebahagiaan hidup.
Sebenarnya hidup itu sederhana, tapi kita sering kali membuatnya kompleks. Maka sekarang adalah saatnya untuk kembali kepada sistem kehidupan yang sederhana, karena hidup adalah kesederhanaan. Lupakanlah sistem
kehidupan yang rumit yang memaksakan kita mencari hal-hal yang tidak signifikan
manfaatnya, Sekarang adalah saatnya membangun kehidupan yang sesuai dengan kebutuhan dan efisiensi.
Dengan membangun hidup yang simpel, maka kita juga membangun kebahagiaan. Bersiaplah
untuk memperoleh hidup yang bahagia, karena kebahagiaan adalah bonus dari paket
kehidupan yang sederhana.
Pada artikel berikutnya penulis membahas bagaimana cara membangun hidup yang sederhana. silakan klik link berikut ini:
img src: magic4walls.com