Menciptakan Kelimpahan Ketika Sumber Daya Terbatas
From the desk of Amhar Maulana Arifin
Kita dihadapkan pada kenyataan bahwa sumber daya itu terbatas. Bahkan pada kenyataannya sumber daya harus dibagi-bagi kepada setiap individu yang hidup di muka bumi ini. Ada kelompok orang yang mendapatkan bagian besar sehingga hidup dalam kemewahan, juga ada kelompok orang yang mendapat bagian kecil sehingga hidup dalam kemiskinan. Bagaimanapun, tidak peduli apakah hidup dalam kemewahan maupun kemiskinan, setiap individu di muka bumi ini harus melakukan pengorbanan terlebih dahulu untuk memperoleh apa yang ia inginkan. Pengorbanan tersebut adalah biaya dari terbatasnya sumber daya.
Lalu, bagaimana bisa kita menciptakan kelimpahan jika kita hidup di dunia yang terbatas? Bukankah kelimpahan dan keterbatasan adalah dua hal yang bertentangan? Maka berikut ini merupakan beberapa mindset dan langkah yang perlu difahami dan dijalankan untuk membangun kelimpahan ditengah keterbatasan.
Esensi Sumber Daya yang Terbatas
Pada hakikatnya, segala sesuatu di dunia ini terbatas, sedangkan yang tidak terbatas adalah Pencipta alam semesta (karena makhluk tidak bisa memikirkan tentang penciptanya kecuali apa yang telah diajarkan penciptanya). Manusia memiliki batasan dalam hidup di dunia ini, ada yang berumur panjang, ada juga yang berumur pendek. Hewan dan tumbuhan juga memiliki batasan untuk hidup. Begitu juga seluruh sumber daya yang ada di alam semesta ini, tenaga kita terbatas, luas bumi terbatas, minyak bumi terbatas, waktu kita terbatas, dan bahkan kebebasan seseorang pun terbatas oleh kebebasan individu yang lainnya.
Haruskah Kita Mengeluh?
Kita tidak boleh mengeluh akan segala keterbatasan di muka bumi ini. Rasa keterbatasan itu muncul ketika kita terlalu menjadi budak hawa nafsu dan keinginan kita. Allah swt. Telah memberikan kepada setiap makhluknya sumber daya yang paling sesuai dan optimal untuk kadarnya masing-masing. tapi sering kali makhluk mengeluhkan apa yang telah diberikan oleh sang Pencipta dan selalu menginginkan yang lebih dan lebih. Akhirnya muncul anggapan bahwa sumber daya itu terbatas dan langka.
Keterbatasan adalah Motivasi
Sebenarnya, keterbatasan yang ada di muka bumi ini adalah untuk membuat manusia mau berusaha dan terlatih untuk meningkatkan produktivitas. Walaupun sumber daya terbatas, Allah swt. telah menganugerahkan kepada manusia akal untuk menjadikan keterbatasan itu cukup untuk membangun peradaban dan bekal hidup di dunia. Akal adalah mesin tercanggih di muka bumi ini yang hanya dianugerahkan kepada sang wakil Allah di dunia, yaitu manusia, bukan hewan, tumbuhan, maupun syaitan dan malaikat. Penulis ingat ada seorang ekonom, Robert Malthus menulis sebuah esay tentang principle of population yang mana ia pesimis akan masa depan umat manusia, ia khawatir jika pertumbuhan jumlah manusia tidak sebanding dengan ketersediaan makanan di bumi. Ia menulis karya tersebut pada tahun 1796, ketika jumlah penduduk bumi masih sekitar 791.000.000 jiwa. Faktanya, pada masa sekarang ini, jumlah penduduk bumi sudah mencapai 6.851.000.000, tapi kenyataannya penduduk bumi zaman sekarang walau jumlahnya hampir 9 kali lipat lebih banyak, kehidupannya lebih sejahtera dibandingkan pada masa Robert Malthus. bahkan sekarang ini, begitu banyak macam rupa makanan. kuliner Indonesia saja mencapai lebih dari 5300 macam, belum lagi makanan yang tersedia di supermarket, restoran, hingga warung jajanan, semuanya itu bisa kita nikmati. Sebagai umat manusia kita patut bersyukur karena kita adalah umat telah diberikan anugerah berupa kemampuan untuk menjadikan keterbatasan sebagai motivasi untuk meningkatkan produktivitas. Dari keterbatasan kita bisa membangun kelimpahan.
Keterbatasan Adalah Takaran yang Optimal
Pernahkah kita berpikir mengapa ada orang yang kaya dan mengapa ada orang yang miskin? Ada orang yang ganteng/cantik ada juga yang jelek? Ada juga orang yang pintar da nada yang bodoh?. Sebenarnya ada rahasia Allah swt. di balik semua ini. Ada orang yang dijadikan miskin karena mungkin jika ia kaya ia tidak siap untuk menghadapi berbagai cobaan dan masalah. Ada orang yang bodoh karena mungkin jika ia pintar ia justru ia akan mencelakakan orang lain dengan kepintarannya. Tapi bagaimanapun, seorang yang miskin bisa menjadi kaya, seorang yang bodoh bisa menjadi pintar jika ia mempersiapkan diri untuk sanggup dan memiliki kemampuan untuk menjalaninya. Saya ambil contoh seorang buruh yang mengeluh mengapa ia bernasib menjadi buruh dan tidak menjadi CEO. Sekarang kita bayangkan, jika buruh tersebut tiba-tiba diangkat menjadi CEO? Bisa jadi ia stress, depresi, tertekan, mungkin perusahaan juga gulung tikar. Ia tidak memiliki kemampuan untuk menjadi CEO. Atau mungkin sebaliknya, seorang CEO tiba-tiba menjadi buruh. Tentu tekanannya lebih berat lagi. Maka, dengan kondisi seorang yang berkualitas sebagai buruh menjadi buruh, atau orang yang berkualitas sebagai CEO menjadi CEO, itu adalah takaran optimal pada saat tersebut. Tapi lain halnya jika buruh tersebut bekerja keras untuk menjadi CEO, tentu takaran batasannya menjadi lebih luas. Takaran optimalnya bisa berubah dari sebelumnya.
Kunci Utama Menciptakan Kelimpahan di Tengah Keterbatasan adalah Bersyukur
Akhirnya penulis menyampaikan kunci utama untuk membangun kelimpahan dalam keterbatasan, satu hal yang mungkin mudah diucapkan tapi sulit diaplikasikan. Bersyukur dalam keadaan susah maupun senang. Ketika kita menerapkan mindset untuk bersyukur, kita akan merasakan kelimpahan di tengah keterbatasan. Semakin tinggi level bersyukur kita, maka semakin melimpah sumber daya yang kita miliki. Syukur menjadikan kita bahagia dan tenang atas apa yang kita miliki. Jika kita merasa waktu kita terbatas, bersyukurlah karena sebenarnya 24 jam/hari adalah waktu paling optimal untuk membangun keseimbangan dalam hidup. Jika pendapatan tidak mampu mencover pengeluaran, bersyukurlah karena mungkin diingatkan untuk bekerja lebih keras lagi atau mengurangi pengeluaran yang tidak penting. Hidup di dunia adalah hal yang patut disyukuri. Alangkah indahnya jika hidup selalu dihiasi dengan rasa syukur. Apapun keadaanya, hidup tetap bahagia, karena kebahagiaan sumbernya dari hati. Tapi di satu sisi tetap harus berusaha keras untuk berbuat yang terbaik, karena kita semua adalah pemimpin, dan kita harus memimpin diri kita untuk selalu bergerak maju dengan dihiasi rasa syukur untuk membangun kehidupan yang berkualitas. Semoga kita bisa selalu dibeikan kelimpahan dan dijauhkan dari kekurangan dan kemiskinan hati. Amin